Bunga Rafflesia arnoldi
Bunga Rafflesia arnoldi
disebut juga bunga Rafflesia titan atau bunga padma raksasa. Bunga RAFFLESIA
ARNOLDI merupakan salah satu dari 3 puspa nasional Indonesia. Selain menjadi
salah satu dari bunga nasional, Rafflesia arnoldii juga menjadi flora
identitas provinsi Bengkulu.
Rafflesia arnoldii atau padma raksasa yang merupakan tanaman endemik Sumatera merupakan satu dari sekitar 30-an jenis Rafflesia yang ditemukan di Asia Tenggara, mulai dari semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina. Dinamakan padma raksasa lantaran ukuran bunganya yang mampu mencapai diameter 100 cm dengan berat 10 kg.
Tubuhan yang ditetapkan sebagai
puspa langka ini tidak memiliki batang, daun, maupun akar yang sebenarnya.
Tumbuhan ini hidup secara endoparasit pada tumbuhan inangnya. Satu-satunya
bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah
bunga bermahkota lima.
Sampai saat ini Rafflesia
arnoldii tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan
apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu
Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup. Mungkin
lantaran hal ini yang kemudian menjadi dasar pertimbangan sehingga padma
raksasa ditetapkan sebagai puspa langka Indonesia. Bersama melati putih (puspa
bangsa) dan anggrek bulan (puspa pesona), Rafflesia arnoldii menjadi
bunga nasional Indonesia.
Rafflesia arnoldi sering disamakan
dengan bunga bangkai Amorphpophallus titanium. Padahal keduanya adalah
bunga yang berbeda
Bunga bangkai
Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang
krebuit (nama lokal untuk fase vegetatif), Amorphophallus titanum
Becc., merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik
dari Sumatera,
Indonesia,
yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia,
meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga endemik
dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. [1]
Namanya berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai yang
membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat penyerbuk
bagi bunganya. Banyak orang sering salah mengira dan tidak bisa membedakan
bunga bangkai dengan Rafflesia arnoldii. Mungkin karena orang
sudah mengenal Rafflesia sebagai bunga terbesar dan kemudian menjadi bias
dengan ukuran bunga bangkai yang juga besar.
Bunga bangkai di brosur Kebun Raya Bogor
Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam
kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase vegetatif dan fase generatif.
Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya dapat mencapai 6m. Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu
dan umbinya dorman. Apabila
cadangan makanan di umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya
akan muncul. Apabila cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.
Bunganya sangat besar dan tinggi,
berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol atau spadix)
yang dikelilingi oleh seludang bunga
yang juga berukuran besar. Bunganya berumah satu dan protogini: bunga
betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai
mekanisme untuk mencegah penyerbukan
sendiri. Hingga tahun 2005, rekor bunga
tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun Raya Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga setinggi 2,74m pada tahun 2003.
Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar bunga dengan ketinggian 2,91m di Kebun
Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart,
juga di Jerman. Namun demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa bunga yang mekar di sana
mencapai ketinggian 3,17m pada dini hari tanggal 11 Maret 2004 [2].
Bunga mekar untuk waktu sekitar seminggu
Kantung Semar
Bagi Anda yang pernah memasuki hutan
tropis di kawasan rimba Kalimantan mestinya melihat tumbuhan ini tidak terlalu
asing, masyarakat setempat menamakannya "kantung semar" , biasanya
kantung semar menjebak mangsanya dengan membuka katup atas dari bunga
kantungnya tersebut kemudian ketika mangsa masuk biasanya akan tenggelam ke air
karena di dalam kantung tersebut ada air lalu katup bisa menutup dan akhirnya
mangsapun mati lemas. Dalam istilah latinnya kantong semar ini dikenal dengan
nama Nepenthes , jenis kantung semar sendiri sangat banyak variannya. Saat ini
pun sebetulnya Kantong Semar ini dijadikan komoditi tanaman hias di Indonesia
pasca demam Anthurium dan Gelombang Cinta, banyak di pasarkan di toko toko
tanaman hias.
Nepenthes termasuk dalam kategori
Carnivora plant yang banyak tersebar dari Malaysia, Indonesia, Filipina,
Australia sampai ke Madagaskar, Indonesia memiliki species paling banyak di
dunia. Di antara jenisnya yang beragam dan unik, yang paling sering diburu
kolektor adalah:
- Nepenthes Inermis merupakan Highland Sumatra yaitu species Nepenthes endemik sumatra yang melegenda dengan kantong antik berbentuk seperti gelas anggur. Kategori sangat langka, menyukai tempat teduh tapi cukup sinar matahari, kebasahan sedang, kelembaban tinggi. Sampai saat ini belum diketahui memiliki silangan di alam.
- Nepenthes AmpulariaLowland Kalimantan species menarik dengan bentuk bulat dan peristome tebal yang menjorok ke dalam. Dalam kondisi prima dapat mengeluarkan hamparan kantong rosete. Menyukai sinar matahari dan kebasahan, kelembaban tinggi.
- Nepenthes Pyriformis (N. Inermis x N. Talangensis), silangan alam yang sangat langka dari dua species yang langka Nepenthes Inermis dan Nepenthes Talangensis. Dengan warna dan Peristome yang sangat menawan.
Si
buas yang cantik
Keunikan nepenthes ada pada cara ia
mendapatkan makanan. Bukan dengan akar yang menyerap nutrisi dari tanah,
tanaman ini menyerap nutrisi dari serangga yang terjebak di dalam kantongnya.
Serangga-serangga malang ini dihancurkan oleh semacam senyawa menyerupai asam
lambung lantas dihisap sari-sarinya. Itulah sebabnya ia mampu bertahan di
daerah yang tergolong tandus. Nepenthes atau kantong semar ditemukan mulai dari
Madagaskar di bagian barat dunia hingga Kaledonia di sebelah timur. Di utara ia
ditemukan di China Selatan dan di selatan ia ada di Australia. Jenis terbanyak
ditemukan di Asia Tenggara, terutama Indonesia.
Dari 103 spesies nepenthes yang
terdata, 61 jenis tumbuh di dataran tinggi. Sedangkan sisanya hidup di dataran
rendah, menengah, sampai tinggi. Sebagian besar kantong semar di Sumatera,
Sabah, dan Sarawak tumbuh di pegunungan. Sementara di Kalimantan lebih banyak
nepenthes yang tumbuh di dataran rendah.
Jangan
Salah Pilih
Berdasarkan tempat hidupnya, kantong
semar terbagi dalam 3 kategori. Dataran tinggi, sedang, dan rendah. Kategori
pertama hidup pada ketinggian di atas 700 mdpl. Sebagai contoh adalah N
adrianii, N adnata, dan N lowii. Jenis dataran sedang, hidup pada ketinggian
300-700 mdpl. Contohnya, N papuana dan N pervillei. Sedangkan jenis dataran
rendah, 0-300 mdpl, seperti N thorelii dan N ampullaria. Habitat nepenthes yang
tumbuh di gunung berbeda dengan yang hidup di pantai. Perbedaan suhu dan
kelembapannya sangat ekstrem. Nepenthes dataran rendah dan sedang membutuhkan
suhu 27-35 derajat celsius di siang hari dan 21-27 derajat celsius pada malam
hari. Sedangkan jenis dataran tinggi butuh suhu 21-29 derajat celsius untuk
siang hari dan 12-18 derajat celsius di malam hari. Nepenthes penyuka suhu
panas dan kelembapan rendah tidak akan tahan jika dipelihara di pegunungan.
Kalaupun hidup, biasanya tidak mengeluarkan kantong atau ukuran kantong
mengecil. Demikian sebaliknya, memelihara nepenthes dataran tinggi di dataran
rendah sangat sulit, kecuali dengan perlakuan khusus. Secara umum lebih mudah
memelihara nepenthes dataran rendah. Contohnya N campanulata, N danseri, N
masoalensis, dan N rowanae. Pilihan lain, memilih nepenthes yang memiliki daya
adaptasi tinggi, misalnya N hirsute dan N veitchi.
Kondisi
Ideal
Karena biasa tumbuh di tempat yang
tandus, nepenthes sebenarnya tak perlu perawatan jelimet. Satu hal yang
penting, ia menyukai media tumbuh yang lembap dan porous. Media tanam juga
harus memiliki aerasi yang baik untuk menunjang pertumbuhan akar dan
ketersediaan oksigen bagi tanaman. Untuk penyinaran, sebaiknya nepenthes
diletakkan di lokasi yang terkena sinar matahari tetapi tidak langsung.
Mengenai kebutuhan air, kantong
semar bereaksi paling baik jika disiram dengan air hujan. Namun, jika kondisi
tidak memungkinkan, Anda tetap dapat menggunakan air keran yang dikombinasikan
dengan air hujan. Sebaiknya nepenthes disiram air hujan setiap bulan agar
kondisinya menyerupai habitat aslinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar