Senin, 24 September 2012

bunga rafflesia, bangkai, & kantong semar


Bunga Rafflesia arnoldi

Bunga Rafflesia arnoldi disebut juga bunga Rafflesia titan atau bunga padma raksasa. Bunga RAFFLESIA ARNOLDI merupakan salah satu dari 3 puspa nasional Indonesia. Selain menjadi salah satu dari bunga nasional, Rafflesia arnoldii juga menjadi flora identitas provinsi Bengkulu.

Rafflesia arnoldii atau padma raksasa yang merupakan tanaman endemik Sumatera merupakan satu dari sekitar 30-an jenis Rafflesia yang ditemukan di Asia Tenggara, mulai dari semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina. Dinamakan padma raksasa lantaran ukuran bunganya yang mampu mencapai diameter 100 cm dengan berat 10 kg.

Tubuhan yang ditetapkan sebagai puspa langka ini tidak memiliki batang, daun, maupun akar yang sebenarnya. Tumbuhan ini hidup secara endoparasit pada tumbuhan inangnya. Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima.

Sampai saat ini Rafflesia arnoldii tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup. Mungkin lantaran hal ini yang kemudian menjadi dasar pertimbangan sehingga padma raksasa ditetapkan sebagai puspa langka Indonesia. Bersama melati putih (puspa bangsa) dan anggrek bulan (puspa pesona), Rafflesia arnoldii menjadi bunga nasional Indonesia.

Rafflesia arnoldi sering disamakan dengan bunga bangkai Amorphpophallus titanium. Padahal keduanya adalah bunga yang berbeda

Bunga bangkai
Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk fase vegetatif), Amorphophallus titanum Becc., merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dari Sumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. [1] Namanya berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai yang membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Banyak orang sering salah mengira dan tidak bisa membedakan bunga bangkai dengan Rafflesia arnoldii. Mungkin karena orang sudah mengenal Rafflesia sebagai bunga terbesar dan kemudian menjadi bias dengan ukuran bunga bangkai yang juga besar.
Bunga bangkai di brosur Kebun Raya Bogor
Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya dapat mencapai 6m. Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan makanan di umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.
Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar. Bunganya berumah satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Hingga tahun 2005, rekor bunga tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun Raya Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga setinggi 2,74m pada tahun 2003. Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar bunga dengan ketinggian 2,91m di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di Jerman. Namun demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa bunga yang mekar di sana mencapai ketinggian 3,17m pada dini hari tanggal 11 Maret 2004 [2]. Bunga mekar untuk waktu sekitar seminggu
Kantung Semar

Bagi Anda yang pernah memasuki hutan tropis di kawasan rimba Kalimantan mestinya melihat tumbuhan ini tidak terlalu asing, masyarakat setempat menamakannya "kantung semar" , biasanya kantung semar menjebak mangsanya dengan membuka katup atas dari bunga kantungnya tersebut kemudian ketika mangsa masuk biasanya akan tenggelam ke air karena di dalam kantung tersebut ada air lalu katup bisa menutup dan akhirnya mangsapun mati lemas. Dalam istilah latinnya kantong semar ini dikenal dengan nama Nepenthes , jenis kantung semar sendiri sangat banyak variannya. Saat ini pun sebetulnya Kantong Semar ini dijadikan komoditi tanaman hias di Indonesia pasca demam Anthurium dan Gelombang Cinta, banyak di pasarkan di toko toko tanaman hias.
Nepenthes termasuk dalam kategori Carnivora plant yang banyak tersebar dari Malaysia, Indonesia, Filipina, Australia sampai ke Madagaskar, Indonesia memiliki species paling banyak di dunia. Di antara jenisnya yang beragam dan unik, yang paling sering diburu kolektor adalah:
  • Nepenthes Inermis merupakan Highland Sumatra yaitu species Nepenthes endemik sumatra yang melegenda dengan kantong antik berbentuk seperti gelas anggur. Kategori sangat langka, menyukai tempat teduh tapi cukup sinar matahari, kebasahan sedang, kelembaban tinggi. Sampai saat ini belum diketahui memiliki silangan di alam.
  • Nepenthes AmpulariaLowland Kalimantan species menarik dengan bentuk bulat dan peristome tebal yang menjorok ke dalam. Dalam kondisi prima dapat mengeluarkan hamparan kantong rosete. Menyukai sinar matahari dan kebasahan, kelembaban tinggi.
  • Nepenthes Pyriformis (N. Inermis x N. Talangensis), silangan alam yang sangat langka dari dua species yang langka Nepenthes Inermis dan Nepenthes Talangensis. Dengan warna dan Peristome yang sangat menawan.
Si buas yang cantik
Keunikan nepenthes ada pada cara ia mendapatkan makanan. Bukan dengan akar yang menyerap nutrisi dari tanah, tanaman ini menyerap nutrisi dari serangga yang terjebak di dalam kantongnya. Serangga-serangga malang ini dihancurkan oleh semacam senyawa menyerupai asam lambung lantas dihisap sari-sarinya. Itulah sebabnya ia mampu bertahan di daerah yang tergolong tandus. Nepenthes atau kantong semar ditemukan mulai dari Madagaskar di bagian barat dunia hingga Kaledonia di sebelah timur. Di utara ia ditemukan di China Selatan dan di selatan ia ada di Australia. Jenis terbanyak ditemukan di Asia Tenggara, terutama Indonesia.
Dari 103 spesies nepenthes yang terdata, 61 jenis tumbuh di dataran tinggi. Sedangkan sisanya hidup di dataran rendah, menengah, sampai tinggi. Sebagian besar kantong semar di Sumatera, Sabah, dan Sarawak tumbuh di pegunungan. Sementara di Kalimantan lebih banyak nepenthes yang tumbuh di dataran rendah.
Jangan Salah Pilih
Berdasarkan tempat hidupnya, kantong semar terbagi dalam 3 kategori. Dataran tinggi, sedang, dan rendah. Kategori pertama hidup pada ketinggian di atas 700 mdpl. Sebagai contoh adalah N adrianii, N adnata, dan N lowii. Jenis dataran sedang, hidup pada ketinggian 300-700 mdpl. Contohnya, N papuana dan N pervillei. Sedangkan jenis dataran rendah, 0-300 mdpl, seperti N thorelii dan N ampullaria. Habitat nepenthes yang tumbuh di gunung berbeda dengan yang hidup di pantai. Perbedaan suhu dan kelembapannya sangat ekstrem. Nepenthes dataran rendah dan sedang membutuhkan suhu 27-35 derajat celsius di siang hari dan 21-27 derajat celsius pada malam hari. Sedangkan jenis dataran tinggi butuh suhu 21-29 derajat celsius untuk siang hari dan 12-18 derajat celsius di malam hari. Nepenthes penyuka suhu panas dan kelembapan rendah tidak akan tahan jika dipelihara di pegunungan. Kalaupun hidup, biasanya tidak mengeluarkan kantong atau ukuran kantong mengecil. Demikian sebaliknya, memelihara nepenthes dataran tinggi di dataran rendah sangat sulit, kecuali dengan perlakuan khusus. Secara umum lebih mudah memelihara nepenthes dataran rendah. Contohnya N campanulata, N danseri, N masoalensis, dan N rowanae. Pilihan lain, memilih nepenthes yang memiliki daya adaptasi tinggi, misalnya N hirsute dan N veitchi.
Kondisi Ideal
Karena biasa tumbuh di tempat yang tandus, nepenthes sebenarnya tak perlu perawatan jelimet. Satu hal yang penting, ia menyukai media tumbuh yang lembap dan porous. Media tanam juga harus memiliki aerasi yang baik untuk menunjang pertumbuhan akar dan ketersediaan oksigen bagi tanaman. Untuk penyinaran, sebaiknya nepenthes diletakkan di lokasi yang terkena sinar matahari tetapi tidak langsung.
Mengenai kebutuhan air, kantong semar bereaksi paling baik jika disiram dengan air hujan. Namun, jika kondisi tidak memungkinkan, Anda tetap dapat menggunakan air keran yang dikombinasikan dengan air hujan. Sebaiknya nepenthes disiram air hujan setiap bulan agar kondisinya menyerupai habitat aslinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar